Wednesday, November 11, 2009

Editorial


T

he core of any army is its soldiers, no matter how sophisticated its equipment, its performance is solely dependent on its soldiers.

Inti Angkatan Bersenjata adalah tentara-nya, tidak perduli seberapa canggih per-lengkapan peralatan perangnya, kesemua-nya tergantung pada kinerja tentaranya dalam menggunakan peralatan perangnya (Douglas MacArthur, General, US Army, 1945).

Penggalan kalimat di atas diambil dari ungkapan salah seorang komandan mi-liter yang cukup terkenal, yaitu Jendral Mac Arthur. Seorang Jendral AS yang pernah menjadi panglima mandala Pa-sukan sekutu di Pasifik pada era Perang Dunia ke-2 (1941-1945) dan selanjut-nya menjadi panglima mandala Pasukan Gabungan PBB semasa Perang Korea (1951-1955). Penggalan kalimat di atas cukup menarik, karena memberikan esensi pada peran sumber daya manusia sebagai unsur yang paling kritis dalam setiap proses pengembangan suatu entitas tertentu (dalam kasus di atas tentunya entitas militer yakni Angkatan Bersenjata). Namun demikian hal di atas berlaku pada hampir seluruh aspek, mulai dari organisasi yang sangat kecil seperti klub olahraga ringan sampai dengan sebuah negara.

Sebenarnya apa yang diungkapkan oleh Jend. MacArthur di atas bukanlah hal yang baru. Lebih dari seabad sebelumnya (1815), kaisar Perancis yang juga Jendral besar dari Eropa, Napoleon Bonaparte pernah mengatakan, Une arme marche son estomac? atau Ang-katan Bersenjata berjalan dengan perut-nya? Meskipun oleh banyak pihak peng-galan kalimat ini diartikan dalam

konteks pentingnya unsur logistik dalam suatu operasi militer, akan tetapi sejatinya penggalan kalimat ini ikut menekankan bahwa faktor prajurit (atau esensinya adalah faktor manusia) merupakan komponen terpenting dalam setiap proses atau rantai nilai apapun juga.

Pengelolaan sumber daya manusia dewasa ini menjadi krusial, dikarenakan perubahan-perubahan yang cepat dari aspek-aspek social budaya, teknologi, isu lingkungan hidup, dan ekonomi. Adanya turbulansi atau keguncangan sektor ekonomi yang ada saat ini dan dampaknya masih terasa di seluruh pen-juru dunia merupakan akibat pelaku eko-nomi yang tidak mengindahkan kode etik bisnis yang etis dan berkeadilan. Se-rangan budaya asing yang baik maupun yang buruk datang dan kita rasakan melalui teknologi media masa, internet dan telekomunikasi. Perkembangan tek-nologi yang cepat mempengaruhi iklim lingkungan hidup dan iklim organisasi baik skala kecil maupun skala nasional. Sesungguhya nampaklah bahwa karakter individu akan banyak menentukan se-buah karakter organisasi, karakter orga-nisasi akan menentukan sekelompok atau kumpulan organisasi, karakter dari kumpulan organisasi akan menentukan karakter bangsa.

Budaya organisasi tercermin dari karak-ter pemimpinnya. Karakter individu dari seorang pemimpin akan menentukan perubahan budaya organisasi dan pe-rubahan yang lainnya malalui proses pembelajaran.

Pengembangan karakter individu diten-tukan dari mengetahuan dan arah visi diri yang jelas didukung oleh penguatan pengembangan organisasi. Disinilah pe-ran penting pengembangan sumber daya manusia untuk mengembangkan proses pembelajaran di dalam organisasi. Peru-bahan akan hanya dapat dilalui dengan kejelasan visi diri untuk pengembangan karakter diri dan visi organisasi untuk perubahan organisasi.

Harapan kami dalam edisi kali ini adalah memberikan gambaran dalam proses pembelajaran terutama pengembangan karakter individu dan bagaimana kita memperkaya diri dengan karakter utama yang kokoh untuk menunjang pengem-bangan diri.


Kindly Bookmark this Post using your favorite Bookmarking service:
Technorati Digg This Stumble Stumble Facebook Twitter
YOUR ADSENSE CODE GOES HERE

0 comments:

Post a Comment

Ngerumpi Area


ShoutMix chat widget
 

| PT Nojorono Tobacco International © 2009. All Rights Reserved | Blogger Template by Blogger and Blogger Templates
Template Style by My Blogger Tricks .com | Design by Brian Gardner | Back To Top |